Campak di bulan Juni

Kasur itu terlihat begitu kecil.

Terbentang di salah satu sudut kamar kecil bernuansa biru. Jendela di bagian kanan dan atas kasur memberikan jalan bagi angin sepoi-sepoi memasuki ruangan itu. Seakan berusaha mengirimkan ketenangan kepada jiwa-jiwa yang ada dalam kamar itu.

Seprai kasur membentuk pola tak beraturan seolah menceritakan gerak gelisah tubuh yang sedang terbaring di atasnya. Tubuh mungil itu adalah tubuh bungsuku.

Hari ini adalah hari ke empat…..


Empat hari yang lalu badannya terasa panas.

Ingus seakan berpacu keluar dari lobang hidungnya yang mungil.

Wajah usilnya berganti dengan wajah lelah. Wajah yang ingin dikasihani.

Jum’at tepatnya 3 Juni 2022, kesayanganku yang biasanya aktif kesana kemari akhirnya tumbang.

Tubuhnya yang mulai bertambah panjang harus rela untuk mengukur kasur yang jarang digunakannya untuk istirahat siang.

Kupikir ‘ah….barangkali cuma demam biasa”. Soalnya satu hari sebelumnya kami pergi berenang setelah sekian lama tidak melakukan rutinitas ini.

Mereka begitu gembira saat itu, terlebih keinginan mereka untuk memaksaku masuk air tercapai dengan sukses.

Entah karena berenang terlalu lama atau memang virus itu sudah berada dalam tubuh anakku jauh sebelum hari itu, yang jelas hingga hari ketiga panas yang keluar dari tubuh Rizan masih naik turun namun cenderung stabil.

Berbagai kemungkinan sudah berseliweran dalam pikiranku.

apakah ini demam berdarah?

anak temanku saat ini masuk rumah sakit karena penyakit ini

ataukah ini hanya demam biasa?

cuma kenapa tidak ada perubahan berarti?

Ternyata, hari ketiga muncul bintik merah di tubuh Rizan.

Awalnya tidak terlalu banyak. Namun di hari ke empat ini bintik merahnya hampir memenuhi semua jengkal tubuhnya.

Ya Allah……ternyata campak.

Aku berkonsultasi kepada saudara sepupuku yang berprofesi sebagai bidan.

Mereka mengaminkan diagnosis amatirku.

Tetap lanjutkan obat batuk dan demam. Perbanyak konsumsi cairan dan nutrisi yang cukup dan istirahat.

cumaa…..sedihnya Rizan kehilangan selera makannya.

Batuk menyebabkan makanan yang sudah masuk ke dalam perutnya terpaksa harus keluar lagi.

Sekarang satu botol obat sirup batuk dan flu dengan merk Hufagrip sudah hampir habis dikonsumsinya.

Aku bingung……apakah harus ditambah lagi obat demamnya?

Selepas sholat isya akhirnya kami putuskan untuk membawa Rizan ke dokter Luthfi (kebetulan tetangga di samping rumah).

Ternyata, suhu tubuh Rizan sudah mencapai 42 C.

dr. Luthfi meresepkan obat batuk puyer (3×1), parasetamol (diberikan sekali 6 jam)dan antibiotik (2×1 hari)

Alhamdulillah, pagi hari kelima kondisi rizan sudah mulai membaik. walaupun bintik merah masih ada, demamnya sudah mulai turun.

Diterbitkan oleh ummuatikah

english lecturer, home baker, food photographer wanna be

Tinggalkan komentar